TANTANGAN GLOBALISASI

Tantangan Globalisasi terhadap Nilai-nilai Keindonesiaan 

Tantangan-Tantangan Globalisasi 
Memahami Hakekat Globalisasi 
Pada era delapan puluhan globalisasi bukanlah sebuah istilah yang dipakai secara umum. Penggunaannya masih terbatas pada perdebatan-petdebatan dalam ranah bisnis dan beberapa sudut ilmu-ilmu sosial di Eropa. Tetapi kemudian istilah itu meraih status sebagai kata kunci yang mendunia (worldwide buzzword) dan menjadi sebuah terminologi yang bernuansa emosional dalam wacana publik. Ada yang memahaminya sebagai suatu masyarakat sipil internasional yang kondusif bagi perkembangan era damai dan proses demokratisasi. Yang lain memahaminya sebagai era ancaman dan hegemoni negara-negara maju secara ekonomi dan militer terhadap negara-negara berkembang dan miskin. Ada juga yang melihat globalisasi sebagai sebuah konsekuensi kultural dan proses homogenisasi dunia akibat kemajuan infrastruktur tansportasi dan jaringan komunikasi masa.

Globalisasi secara faktual ditandai oleh kaburnya batas-batas geografis, ideologis, dan kultural karena munculnya sebuah tata dunia baru. Di dalamnya terjadi proses kompresi ruang dengan adanya pertumbuhan pesat dalam kesalingterkaitan budaya, komoditas, informasi, dan masyarakat yang melintasi ruang dan waktu. Hal ini ditunjang oleh perkembangan teknologi dan sistem informasi untuk memadatkan ruang dan waktu. Akibatnya terjadi difusi perilaku, praktek, dan kode standar untuk proses arus informasi, uang, komoditas, dan orang-orang. Lalu lahirlah kosmopolitanisme yang ditanggapi secara beragam, ada yang mendukung, mengendalikan, dan mengawasai globalisasi dan sebaliknya ada yang menolak dan menentangnya

Salah satu gejala globalisasi adalah internasionalisasi modal melalui organisasiorganisasi keuangan dunia dan proses produksi serta distribusi barang dan jasa melalui perusahaan-perusahaan multinasional. Komunitas global lalu terintegrasi secara intensif ke dalam satu sistem perdagangan di bawah kendali dan kekuatan modal global serta pasar bebas. Fakta yang paling menyolok dalam hal ini adalah terjadinya ekspansi pasar keuangan dunia sampai ke pelosok dunia untuk membiayai pembangunan dan perdagangan internasional. Peran negara dan pemerintah menjadi sangat kecil dalam mengatur sistem produksi dan distribusi barang dan jasa untuk warganya. 

Tantangan-Tantangan Globalisasi 
a. Tantangan di bidang Ekonomi
Sebagai sebuah proyek ekonomi, globalisasi telah mempromosikan dan melegitimasi pemusatan struktur-struktur kekuasaan multi segi yang disebut neoliberalisme. Hal ini kemudian terwujudkan dalam kapitalisme neoliberal dan globalisasi neoliberal.3 Ada kecurigaan bahwa neoliberalisme telah menjadi selubung ideologis bagi sejumlah proyek globalisasi ekonomi sehingga kekuasaan dan dominasi makin menggurita melalui jaringan antar institusi internasional, kebijakan nasional, praktik korporasi dan investasi yang saling terjalin satu sama lain. Hal ini nampak jelas melalui sistem keuangan dunia yang telah dikendalikan oleh tiga lembaga paling berkuasa saat ini, yaitu International Monetary Fund (IMF), World Bank, dan World Trade Organization (WTO). Mereka mengendalikan pasar dan modal global serta melindungi keuntungan maksimum negara donor dan pemilik modal. Akibatnya pemerintah-pemerintah nasional yang menjadi peminjam dana tidak berdaya dalam mengatur produksi dan distribusi barang dan jasa untuk masyarakatnya. Di Indonesia misalnya, sistem subsidi pemerintah dalam penyediaan dan pemenuhan kebutuhankebutuahan pokok masyarakat perlahan-lahan dihapuskan demi mengikuti arah kebijakan ekonomi IMF, World Bank, dan WTO. Meskipun pemerintah melakukannya dengan dalih pemerataan dan keadilan dalam penggunaan devisa negara, tetapi tetap saja penghapusan subsidi tersebut berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat oleh karena kenaikan harga-harga barang dan jasa.

Di kutip dari: Tony Tampake
file:///C:/Users/Asus/Downloads/166-Article%20Text-332-1-10-20160212.pdf

Komentar